Sabtu, 16 Juni 2012

Serba Serbi Aceh


PAKAIAN TRADISIONAL
Provinsi Aceh terdiri atas 23 kabupaten/kota, hampir setiap daerah mempunyai pakaian 
yang berbeda. Tapi pakaian standar untuk laki-laki celana panjang hitam, baju itam 
tangan panjang dengan satu kancing dileher, kain songket dililit dipinggang dan satu 
rencong diselipkan dibalik songket bagian depan. Di kepala kupiah meukeutop, dipuncak kopiah 
terdapat ornament emas berbentuk bintang. 

Wanita Aceh menggunakan blus kuning atau merah dengan border benang mas didepan 
(dada) dan diujung lengan, bawahnya memakai celana hitam yang dibordir benang mas dan 
menggunakan sarung songket di atasnya ditambah tali pinggang yang terbuat dari emas atau perak. 
Kepala dihiasi dengan kembang goyang dari emas, kalung berurai dari leher sampai pinggang. 
Tangan memakai beberapa gelang dan jari tangan penuh dengan cincin emas. 
MAKANAN DAN MINUMAN 
Makanan Aceh hampir sama dengan makanan Indonesia lainnya, beragam dan agak 
pedas. Makanan lain seperti masakan Padang, Cina, Eropa dan masakan Indonesia 
lainnya, mudah dijumpai di kota. Bermacam outlet dari restoran hotel besar 
sampai ke jalan-jalan kecil hampir tidak ada jalan tanpa warung nasi, mie, martabak, sayuran dan 
makanan kue-kue tradisional. Dasarnya orang Aceh makan nasi yang dimasak, dikukus, nasi goring 
dengna sayur, ikan, daging, ayam, sambal cabe, emping, pecal, gado-gado yang biasanya pedas atau 
sesuai dengan permintaan, tidak lupa pula “Rujak Aceh” yang segar. 

Di restoran-restoran besar sering dijumpai udang, kepiting, daging kambing dan banyak 
lainnya dimasak dengan resep tradisional Aceh. Biasanya untuk mengempukkan daging, digunakan 
Ganja sebagai bumbu masak, bukan untuk (memabukkan).

RUMAH ACEH 
Kampung Aceh terletak di daerah sedikit ke pedalaman dikelilingi oleh pohon-pohon 
yang menghasilkan buah-buahan agar terasa sejuk. Rumah dibangun secara tradisional 
dengan menggunakan pasak kayu pengganti paku yang dimasukkan dalam lubang 
penjepit agar kuat. Rumah dibangun di atas 16,20 atau 24 tiang yang kokoh setinggi 6-8 kaki di atas 
tanah untuk untuk sirkulasi udara dan orang-orang dapat bergerak dengan nyaman. 

Tiang rumah terbuat dari kayu keras berwarna coklat tua (merbau) khususnya di tanam agar 
mendapatkan seperti yang diinginkan. Semua sisi yang digunakan panjangnya berukuran 12 kaki. 
Dinding dibuat dari kayu meranti atau bambu, lantai bertingkat, bagian tengah lebih tinggi 30 cm 
dari sisi lainnya. Atap terbuat dari daun rumbia. 

Tangga dan pintu dibuka melalui lantai di ruang tamu, ruang pertama sepanjang rumah 
dinamakan “seuramo keu” artinya sermabi depan, digunakan untuk tamu perempuan atau hari-hari 
besar agama, untuk pertemuan dan diskusi. Di tengah-tengah di sisi yang lebih tinggi biasanya 
digunakan oleh laki-laki dan dibelakangnya “seuramo likot” serambi belakang yaitu tingkat yang 
paling rendah adalah dapur. Rumoh inong (ruang tidur perempuan) atau rumah inti Aceh dimana 
ruang untuk wanita benar-benar diutamakan, ruangan ini tempat untuk melahirkan, untuk 
menempatkan orang meninggal dan duka cita. “Serambi belakang” atau ruang umum di mana 
wanita membesarkan anak-anak, menjahit, menganyam tikar dan mengobrol sambil mengupas 
pisang. 

Rumah tradisional selalu dibangun menghadap Mekah atau kiblat, konstruksi dimulai dengan 
peusijuk dan meletakkan empat potongan kain berwarna merah dan putih di ujung tiang sudut, 
keempat potongan kain ini melambangkan 2 perempuan dan dua laki-laki sesuai dengan orang yang 
menempati rumah tersebut. Kain berwarna merah berarti berani danputih berarti suci. 
Pemasangannya ditaburi dengan beras, air sambil mem baca do’a. Setelah selamatan ini baru 
konstruksinya dibangun. 

Biasanya rumah ini kaya dengan ornament, pada atap dan dinding, bagian atap dan dinding 
yang berbentuk segi tiga dinamakan tulak angen. Dekorasi lainnya terdapat pada jendela, bingkai 
jendela, tiang dalam terdiri dari papan dan tiang bagian luar, motif yang digunakan berbentuk 
simetris, spiral, tumbuh-tumbuhan, kali-kali, petak-petak, segi tiga seperti permata di tengah motif 
digunakan bulan sabit dan bintang atau bintang saja.

KERAJINAN TANGAN 
Di Aceh, terdapat kerajinan tangan yang khas, kerajinan tangan yang utama adalah 
sulaman benang emas, tenunan sutra, rencong dan kerajinan kayu. Kerajinan tangan 
di daratan tinggi (Gayo dan Alas) terkenal dengan beraneka motif warna bordiran. 
Jenis tembikar pun terdapat di daerah ini tetapi keduanya beda bentuk model dan penggunaannya, 
walaupun tempat produksinya di pedesaan tetapi bisa diperoleh atau dijual di kota. 

Sulaman Benang Mas 
Sulaman benang mas Aceh adalah jenis rajutan yang memakai dua jenis benang. Secara 
tradisional digunakan benang sutra atau benang yang berwarna metalik (perak) tetapi sekarang 
secara umum benang emas dicampur dengan bahan yang dasarnya katun. Benang yang lainnya 
adalah katun berwarna dengan motif yang telah di desain. “Lapisan sulaman ada yang dilapisi 
dengan kertas karton agar menimbulkan kesan tiga dimensi, untuk menambah pernak-pernik 
kilauannya ditambah payet-payet. Bordiran benang emas dipakai untuk mendekorasi ruang-ruang resepsi pada pesta perkawinan, tatakan-tatakan, sprei-sprei (kain-kain alas tempat tidur), sarung-sarung bantal, dekorasi dinding, kipas dan sebagainya. 
Tenunan Sutra 
Awal abad ke-10-11 semasa dinasti Sung di Cina disebutkan bahwa tenunan sutra Pidie 
merupakan produksi terkenal di dunia. Tenunan sutra Pidie telah dieskpor ke India sampai abad ke-
16 dan dikabarkan bahwa kwalitas serta harganya lebih tinggi dari pada tenunan sutra India. 

Barang-barang Perhiasan 
Tercatat bahwa tukang emas Aceh mulai ada antara abad ke-13 dan 15, kerajaan Samudra 
Pase menggunakan uang logam emas. Kemudian Sultan Iskandar Muda memperkerjakan 300 orang 
tukang emas di istananya di Banda Aceh untuk membuat kerajinan emas denga kwalitas seni yang 
tinggi. Kegemaran terhadap emas masih tinggi di Aceh dan mudah menemukan emas yang menarik 
yang dikerjakan dengan desain tradisional, seperti “cucok sangoi” (pin buket yang disematkan 
disanggul), “klah takue” (lebar dengan pengaet yang keras), “ keutab lhee lapeh” (kalung tiga 
tingkat), “teurapan bajee” (kerah emas), “deureuham” (uang logam emas yang menyerupai bunga-
bunga yang sedang mekar dikelilingi dengan manik-manik), “enteuk” (uang logam emas yang 
disimpan “deureuham”), “gleung jaro” (gelang kaki), dan “talo keuieng” (tali pinggang emas). 

Anyaman 
Menganyam ini adalah aktivitas wanita di Aceh Tenggara pada waktu senggang. Bahan yang 
dipakai adalah pandan, cike dan ketan. Sebelum dipakai, bahan tersebut harus dikeringkan dibawah 
sinar matahari dan digantungkan di dalam rumah. Beberapa diberi warna merah tua, maron, hijau, 
kuning dan hitam. Contoh yang telah dibuat adalah hiasan dekorasi pada tikar, tas-tas empat 
persegi panjang, kipas dan hiasan-hiasan dinding.

SENJATA ORANG ACEH 
Rencong 
Rencong sangat popular dan merupakan pisau belati khas orang Aceh yang terkenal semasa 
perang Aceh. Sekarang rencong berfungsi sebagai asesoris pakaian tradisional Aceh dan sangat 
dikenal sebagai cendramata. Matanya dibuat dari logam, gagang dan sarungnya secara umum 
dibuat dari gading, kayu atau tanduk kerbau, bahkan dari emas atau perak yang dikombinasikan 
dengan tanduk kerbau atau gading. Bentuk rencong diambil dari bahasa Arab 
“Bismillahirrahmannirrahiim” (Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang). 
Bentuk dari komponen-komponen rencong sama dengan huruf bahasa Arab dalam Bismillah. 

Siwah 
Sultan dan orang-orang berada umumnya memakai siwah sebagai senjata pada upacara adat. 
Siwah mempunyai mata yang lebih panjang dari pada rencong, tetapi bentuknya seperti rencong. 

Peudeung 
Jenis senjata lain yang terkenal pada masa peperangan adalah peudeung, sejenis pedang yang 
panjang. Sejarah pedang dapat ditelusuri pada abad ke-16. Setiap peudeung diberi nama setelah 
dibuat gagangnya. Contohnya, gagang pedang seperti ekor kucing, gagang seperti mulut buaya, 
gagang seperti tanduk rusa, gagang pedang seperti kaki kuda dan gagang pedang seperti paruh 
bebek.
ALAT-ALAT MUSIK 

Alat musik Aceh yang terkenal adalah Surune Kalee, yaitu alat tiup tunggal dari kayu 
dengan satu lubang dibelakang dan tujuh didepan. Ada berbagai jenis seruling-seruling 
(alat tiup) dari bambu, seperti “buloh perindu”, bansi dan suling. Gong dibuat dari 
kuningan atau dari kulit kambing yang dikeringkan dan dibunyikan dengan alat pemukul dari kayu. 
Ada tiga jenis ukuran gong dan disebut susuai dengan ukurannya, yaitu “gong”, “canang”, dan 
“mong-mong”. “Rapa-ii” adalah tamborin yang dibuat dari kulit kambing. Contohnya, Rapa-ii pasai, 
yang telah diperkenalkan oleh kerajaan Samudra Pasai sebagai alat untuk memanggil rakyatnya agar 
berkumpul. Tak-tok dibuat dari bambu dan sangat mirip dengan “angklung” Jawa. Para pemain 
alat-alat tradisional biasanya pria, sementara yang wanita bernyanyi dan bermain tamborin. Sebuah 
band tradisional terdiri dari seorang pemimpin, empat atau lima orang pemain dan satu atau dua 
orang anak laki-laki sopranos.
Sumber : acehprov.go.id

Jumat, 25 Mei 2012

Sabang, destinasi baru wisata bahari dunia


"Sabang kini telah kembali dalam peta pariwisata nasional dan internasional"


Jakarta (ANTARA News) - Sabang di Provinsi Aceh kini menjadi destinasi pariwisata bahari dunia. Kompetisi amatir kapal layar (yacht) atau regatta yang diadakan di sini adalah salah satu parameternya.

Sejumlah kapal layar dari berbagai negara telah melepas sauh di pantai Gapang.

Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Pemerintah Provinsi Aceh, Pemerintah Kota Sabang dan sejumlah pihak terkait sudah meluncurkan kegiatan tahunan bertajuk Sabang International Regatta (SIR) 2011.

Kota Sabang di Pulau Weh adalah kota pelabuhan paling utara dan barat Indonesia.

Daya tarik alam dan kekayaan kehidupan bawah lautnya yang indah membuatnya berpotensi menjadi tempat wisata bahari penting.

Ini adalah SIR pertama untuk Sabang, tapi ini akan menjadi kegiatan tahunan pariwisata internasional.

"Ini adalah awal dari era Regatta di Sabang," kata Direktur Jenderal Promosi Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Sapta Nirwandar dalam jamuan makan malam untuk peserta SIR 2011 di tepi pantai Gapang, Senin malam (19/9).

Sabang pantas menjadi situs wisata bahari karena da di pintu Selat Malaka ke mana kapal-kapal seluruh dunia melintas.

Sabang memang indah. Susurilah pantai Gapang dari Pelabuhan Balohan di Pulau Weh. Hutan hijau nan rimbun menyambut Anda.  Jalan menuju ke sana berkelok-kelok dan naik turun, namun sangat mulus. Di beberapa sudut, pengunjung berhenti menikmati tepian laut membiru nan elok.

Air laut yang jernih hingga ikan-ikan pun terlihat berenang di antara karang, membuat pengunjung tidak akan tahan untuk menyelaminya. Mereka juga bisa berselancar angin atau bermalas-malasan di pantai.

Sejumlah cottage dan resor sudah berdiri di sekitar Pantai Gapang. Meski demikian, pemerintah kota masih ingin mempersiapkan lebih bagus lagi sarana dan prasarana, seperti akomodasi dan listrik yang saat ini masih dipasok dari pembangkit bertenaga diesel.

"Sabang kini telah kembali dalam peta pariwisata nasional dan internasional karena itu kelengkapan sarana akan menjadi perhatian," kata Walikota Sabang Munawar Liza Zainal.

Investor segera diundang untuk mempersiapkan sarana dan prasarana infrastruktur di satu-satunya kota yang memiliki hutan lindung itu.

Dan karena SIR 2011 adalah program promosi pariwisata yang dimeriahkan peserta dari berbagai negara di luar Indonesia seperti Belanda, Thailand, Malaysia, Australia, Singapura dan Hong Kong, maka inilah momen tepat untuk menarik minat wisatawan asing dan domestik untuk mengunjungi Sabang.

Pemerintah setempat pun bertekad mengembalikan citra Sabang sebagai daerah tujuan wisata aman dan nyaman.

Kalangan internasional akan dikenalkan kepada Pulau Weh, kota Sabang, dan tujuan-tujuan wisata bahari lainnya seperti sumber air panas di dalam laut dan monumen Kilometer Nol NKRI di mana monyet-monyet yang berkeliaran di sekitarnya menanti anda memberi mereka makan.

Melalui olah raga layar berskala internasional seperti SIR 2011, Aceh ingin berada lagi dalam peta destinasi pariwisata dunia. Lain dari itu, secara khusus event ini akan mengantarkan Sabang sebagai pusat wisata bahari di Indonesia bagian barat, sekaligus mendorong investasi di Sabang dan Aceh.

Selain memperkenalkan keindahan laut yang dapat dinikmati sambil menyelam, snorkling, memancing, dan selancar angin, ada target peningkatan kegiatan ekonomi di wilayah itu.

Pemerintah kota yakin bahwa dengan semakin banyaknya penginapan dan transaksi di wilayah itu, ekonomi masyarakat di situ bergerak kencang.

Sayangnya, mengutip seorang pemilik penginapan di wilayah itu, para pemilik penginapan di wilayah itu kecewa karena tidak pernah dilibatkan dalam kegiatan internasional itu.

"Kita tidak pernah diajak bicara. Padahal kami ini kan pemilik penginapan, yang tentunya berkentingan dengan acara berskala internasional itu," kata si pemilik pnginapan itu.

Bahkan pada acara makan malam menyambut kedatangan peserta SIR 2011 di Pantai Gapang, Senin malam itu yang juga dimeriahkan penampilan Dwiki Darmawan World Peace Ensemble, penyanyi Ita Purnamasari, mantan artis Idola Cilik Angelica Martha Pieters atau Angle, penduduk setempat tidak diperkenankan masuk. Acara itu peruntukkan hanya bagi undangan.

Dirjen Sapta dan Walikota Munawar sendiiri menyadari bahwa pelaksanaan kegiatan yang pertama kali di daerah itu memang belum sempurna. Masih banyak yang harus diperbaiki.

Munawar bahkan berkata, "Sudah pasti kita evaluasi pelaksanaan kali ini karena kami sangat mengandalkan sektor pariwisata.

Kamis, 24 Mei 2012

Aceh Tengah Akan Gelar Festival Danau Lut Tawar 2013


Takengon, (Analisa). Kepala Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Aceh Tengah, H Muchlis Gayo SH menyebutkan, daerah dataran tinggi Gayo akan menggelar Festival Danau Lut Tawar 2013. Festival seni budaya dan wisata bernuansa Islami ini merupakan rangkaian dari kegiatan Wonderful Indonesia 2011dan Visit Aceh 2013.
Muchlis yang ditemui di ruang kerjanya, Selasa (22/5) mengharapkan peran serta dari seluruh lapisan masyarakat guna mensukseskan event tersebut. Momen ini menurut dia sangat strategis guna memperkenalkan daerah dingin itu kepada wisatawan baik dalam negeri maupun mancanegara. 

Rabu, 23 Mei 2012

Sosialisasi Visit Wisata Aceh 2013


Tapaktuan, (Analisa). Peranan pemerintah, masyarakat dan pelaku wisata sangat penting dalam pengembangan sektor pariwisata di Aceh Selatan. Dengan demikian potensi pariwisata yang begitu besar dapat dikembangkan dengan komprehensif.
Hal tersebut dikemukakan Wabup Aceh Selatan Daska Aziz saat menutup sosialisasi program Visit Aceh 2013 di Aula Dinas Pariwisata Aceh Selatan di Tapaktuan, Sabtu (19/5).

"Kunci keberhasilan pengembangan dan pembangunan sektor wisata di Aceh Selatan adalah peran pemerintah dan masyarakat dalam menciptakan srategi," ujar Daska Aziz.

Wabup memberi apresiasi kepada Dinas Pariwisata Aceh yang telah memilih Aceh Selatan dalam melakukan sosialisasi bagi masyarakat.

Visit Aceh 2013 Buka Mindset Warga Soal Pariwisata

Lampuuk Beach



DALAM rangka menyambut Visit Aceh 2013, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Aceh akan mengadakan serangkaian kegiatan. Apa saja?
Kegiatan yang akan dihelat guna menyambut Visit Aceh 2013, di antaranya 25 jenis perlombaan yang selaras dengan semangat ekonomi kreatif, seperti perlombaan resep kuliner, desain cenderamata, t-shirt, dan paket wisata, penulisan karya jurnalistik dan media sosial, batu cincin, SOP atraksi dan permainan rakyat, dan berbagai perlombaan lainnya.
Selain itu, selama Maret, April, dan Mei 2012, Disbudpar Provinsi Aceh juga akan mengadakan 11 kegiatancapacity building. Kegiatan ini melibatkan 2090 peserta yang terdiri dari kelompok sadar wisata, tokoh masyarakat, pengemudi becak, da’i, pengusaha hotel/rumah makan/kafe, travel agent, pengrajin cendramata, seniman, dan guru-guru SMA se-Aceh.

Selasa, 22 Mei 2012

Mesjid Raya Baiturrahman


Masjid Raya Baiturrahman

Masjid Raya Baiturrahman adalah sebuah masjid yang berada di pusat Kota Banda Aceh. Masjid ini dahulunyamerupakan masjid Kesultanan Aceh.
Masjid Raya Baiturrahman merupakan salah satu masjid termegah di Asia Tenggara. Masjid ini berada di pusat kota Banda Aceh yang bersebelahan dengan pasar tradisional Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam, Indonesia. Masjid yang menempati area kurang lebih empat hektar ini berarsitektur indah dan unik, memiliki tujuh kubah, empat menara dan satu menara induk. Ruangan dalam berlantai marmer buatan Italia, luasnya mencapai 4.760 m2, dan dapat menampung hingga 9.000 jama‘ah. Di halaman depan masjid terdapat sebuah kolam besar, rerumputan yang tertata rapi dengan tanaman hias dan pohon kelapa yang tumbuh di atasnya.
Masjid Raya Baiturrahman adalah simbol religius, keberanian dan nasionalisme rakyat Aceh. Masjid ini dibangun pada masa Sultan Iskandar Muda (1607-1636), dan merupakan pusat pendidikan ilmu agama di Nusantara. Pada saat itu banyak pelajar dari Nusantara, bahkan dari Arab, Turki, India, dan Parsi yang datang ke Aceh untuk menuntut ilmu agama.

SEJARAH ACEH



Menurut sejarah nenek moyang orang  Aceh berasal dari Vietnam Selatan, Koching China dan Combodia.  Kemudian datang  Melayu muda membawa budaya baru.  Orang Aceh dahulu bertolak ke  gunung dan sekarang menjadi dua kelompok yaitu Gayo dan Alas. Aceh terletak pada posisi strategis di Barat laut ujung Sumatra antara Timur dan Barat Aceh merupakan daerah transit rempah-rempah dari Maluku champor dari Barus dan Lada, Aceh juga menjadi pintu masuk Agama Islam dari pedagang Arab, Persia, Turki dan India.  Walaupun Jawa sudah mengenal dunia Islam, Aceh daerah pertama sekali masuknya Islam ke Indonesia, pada