Selasa, 22 Mei 2012

SEJARAH ACEH



Menurut sejarah nenek moyang orang  Aceh berasal dari Vietnam Selatan, Koching China dan Combodia.  Kemudian datang  Melayu muda membawa budaya baru.  Orang Aceh dahulu bertolak ke  gunung dan sekarang menjadi dua kelompok yaitu Gayo dan Alas. Aceh terletak pada posisi strategis di Barat laut ujung Sumatra antara Timur dan Barat Aceh merupakan daerah transit rempah-rempah dari Maluku champor dari Barus dan Lada, Aceh juga menjadi pintu masuk Agama Islam dari pedagang Arab, Persia, Turki dan India.  Walaupun Jawa sudah mengenal dunia Islam, Aceh daerah pertama sekali masuknya Islam ke Indonesia, pada 
akhir abad ke 13, kerajaan Islam tumbuh di Pasai, bukan hanya menjadi pusat perdagangan tetapi juga menjadi pusat pendidikan Agama.  Portugis pertama datang tahun 1509 ke kerajaan Pasai dan Pedir (Pidie), kemudian mereka menaklukan Malaka pada masa itu tercatat masa berjaya antara Aceh,  Johor dan Portugis menguasai sektor perdagangan di Selat Malaka,Meskipun akhirnya Aceh menang bertarung.  Mereka tidak pernah ingin menguasai sepenuhnya Selat Malaka.  Orang Aceh sering dihalangi oleh pertikaian internal dengan sebaris peraturan yang tidak bertahan begitu lama.
Tahun 1607 smapai dengan 1636 Sultan Iskandar Muda menjadikan Aceh sebagai daerah kekuatan militer utama yang kuat, laut dikontrol oleh perahu yang membawa 600-800 orang, kekuatan di darat mempunyai pasukan berkuda, kelompok pasukan gajah, artileri besar dan wajib militer. 

Tahun 1612 Iskandar Muda menguasai Deli dan Aru dan tahun 1613 dikalahkan oleh Johor, dan Johor akhirnya merdeka dari pasukan Aceh tahun berikutnya ia mengalahkan Portugis lari ke Bintan, ia menguasai Pahang dan Kedah di Malaysia, merebut ibu kota Johor lagi dan menguasai Nias pada Tahun 1624/24.  Tahun 1629 Sultan Iskandar Muda mengirim sebuah ekspedisi dengan beberapa ratus Kapal melawan Malaka.  Tapi mengalami kegagalan, hancur, menurut laporan Protugis 19.000 orang hilang .  Dimasa Sultan  Iskandar Muda dianggap masa berjayanya Aceh (The golden age of Aceh) setelah pemerintahannya orang Aceh banyak yang jatuh dan Johor menang.  
Portugis diusir dari Malaka oleh Johor dan VOC Belanda.  Aceh memasuki masa  politik internal dimana hak raja sangat berkurang.  Di masa Iskandar Muda Aceh menjadi daerah sangat penting bagi Indonesia dalam literature Melayu khususnya, literature Islam empat tokoh penting adalah Hamzah Fashuri, Syamsuddin Pase (1630), Abdurrauf  Singkil (1617-90) dan India Nuruddin Ar-Raniry (1958) setelah turun  kekuatan Aceh, literature orang  Aceh hilanbg perannya.  Antara tahun 1641 dan tahun 1699 masa pemerintahan kerjaan Islam di bawah pimpinan ratu Aceh.  Dari tahun 1699 sampai dengan 1838 terbagi 11 kerajaan kecil yang dipimpin oleh aristokrat yaitu 3 Arab, 2 Melayu, 7 Bugis.  Istana hanya mengontrol kota.  Luar area dikontrol oleh kaum aristokrat yang agamawan sebagai pembatasan terhadap kekuasaan raja. 
Tanggal 21 Juni 1599, Kapal Belanda di  bawah komando Cornelis de Houteman dan Saudaranya Frederik mendarat di Aceh.  Kapal diserang karena provokasi Portugis dan Cornelis de Houteman terbunuh dan abangnya dipenjara.  Tahun 1602 Gerard de Roy  tiba dari Netherlands sebagai seorang wakil dari Pangeran Belanda Maurits yang tujuannya untuk membangun hubungan yang lebih baik antara 2 kerjaan dan diterima dengan baik.  Aceh mengirim 2 wakil ke Belanda.  
Diawal Juni tahun 1602 saudagar Inggris dikirim oleh Ratu Elizabeth untuk merealisasikan hubungan kerja sama kontrak ditandatangani.  Tahun 1820 Aceh mulai bangkit kembali di sector perdagangan dan politik yang kuat.  Tahun 1820 Aceh sebagai pemasok lada lebih dari separuh lada dunia, Amerika, Perancis, Inggris bersaing untuk bertempur, dan Kapal meriam selalu aktif dalam peristiwa hebat.  Pemimpin baru Aceh muncul  tuanku Ibrahim untuk memulihkan kembali kekuatan Sultan.  Beliau mewakili beberapa sultan dan dari tahun 1838 sampai beliau meninggal tahun 1857. Beliau digelar dengan nama Sultan Ali Alauddin Masyursyah. Tahun 1854 Beliau memperluas pemerintahannya sampai ke Langkat, Deli dan Serdang.  Selama pemerintahannya Belanda menyingkir ke utara dan bentrok dengan Belanda 
tak dapat dielakkan.  Belanda takut Aceh menjadi lebih kuat atau akan menganggu kekuatan Eropa.  Inggris dan Belanda telah menandatangani perjanjian bahwa tidak akan mengintervensi, tapi Belanda berkembang terus pada kekuatan yang lainnya.  Napoleon Bonaparte telah menerima permintaan perlindungan dari Aceh. Inggris lebih suka Belanda menguasai Aceh daripada Perancis atau Amerika.  Dengan perjuangan yang gigih, Belanda dan Inggris masuk dalam sejarah colonial terbesar. 
Belanda mempunyai peluang emas di Afrika dan Inggris mengizinkan pengiriman kontrak kerja onesia ke Suriname dan  memberikan kebebasan Belanda di Sumatra dan menyamakan hak ang Siak Utara.  Berarti perang Inggris di Afrika dan Belanda di Aceh.   Tahun 1873 Belanda ngadakan pertemuan di Singapura dimana Aceh dan Amerika mendiskusikan perjanjian.  Sebagai san untuk intervensi, bulan Maret mereka membom Kutaraja (sekarang Banda Aceh) dan mendaratkan 3000 orang.  Belanda telah salah mengira terhadap Aceh, Aceh bertahan dan menjatuhkan lawan, mereka kehilangan  80 orang termasuk jenderalnya.  Kemudian Belanda mulai melakukan blokade.  Aceh merekrut tentara diperkirakan 10.000 hingga 100.000 orang.  Ini merupakan kekuatan terbaik yang ampuh untuk menghadapi perluasan colonial.  Sultan Aceh Mahmudsyah meminta perlindungan inggris, Amerika, Turki dan Prancis.  Inggris menolak dan Amerika juga.  Turki menjadi lemah dan Prancis tidak merespon, akhirnya tahun 1873 Belanda menyerang dengan kekuatan lebih besar di Indonesia, sekitar 10.000 prajurit jatuh dan banyak korban nyawa akibat kolera Banda Aceh jatuh Belanda menguasainya.  Awal tahun 1874 kemenangan lebih cepat dari perkiraan.  Aceh tidak pernah menyerah dan  Belanda semakin mengepung Banda Aceh hingga terjadi perang, Belanda berhasil membombardir dan membakar kampung, tapi aceh hanya mundur ke gunung tanpa menyerah. Tahun 1881 Belanda mengumumkan perang telah usai, ini dilihat dari kenyataan dan pengamatan Belanda hingga Belanda menarik pasukannya untuk meninggalkan Aceh. Aceh mulai bergerilnya dipimpin oleh pemimpin agama dan bertahan menjadi perang suci melawan kafir. 
Pemimpin yang paling terkenal adalah Teungku Chik Di Tiro (1836-91). Satu hal yang menentukan yaitu ketika seorang misionaris Dr. Christian Snouck Hurgronje menjadi penasihat Belanda. Gubernur Belanda yang baru di Aceh Van Heutsz membuat kebijakan baru  untuk menghancurkan pemimpin agama, setiap ada korban ia mencoba untuk mendinginkan pemimpin tradisional atau pemimpin sekuler.  Tahun 1903 Sultan Tuanku Daud Syah akhirnya menyerah, tetapi masih melawan Belanda dan mempimpin suatu serangan di Banda Aceh Tahun 1906 dan mengalami kekalahan, akhirnya dia diasingkan.  Pemimpin militer juga menyerah tahun 1907 dan dia menjadi official di bawah Belanda.  Beberapa pemimpin agama terbunuh tahun 1910-1912, bagi orang Aceh perang  tak pernah berakhir, selama kedudukan Jepang banyak pemimpin sekuler di penjara atau dibunuh.  Setelah perang dunia ke II ketika Belanda mencoba untuk menaklukkan kembali Indonesia.  
Aceh dihindari secara hati-hati kecuali Sabang.  Pemimpin agama melihat Jepang datang mengira satu kesempatan utnuk mengusir Belanda.  Tapi sangat mengecewakan, terayata perlawanan terus berlanjut dengan  serangan gerilya.  Dengan segera, setelah perang, Aceh menyerang Jepang yang telah dievakuasi oleh sekutu.  Perang sipil antara pemimpin agama pro republic dan  pemimpin sekuler pecah.  Pemimpin agama menang dan Aceh menjadi daerah yang paling stabil di Indonesia dan kerajaan dihentikan.  Tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya.  Aceh mendukung perjuang melawan Belanda dengan menyediakan pesawat udara yang dibeli dengan sumbangan emas dari rakyat Aceh.  Pesawat  ini menjadi pesawat pertama Garuda Indonesia Airline dan sekarang menjadi monument di Taman Mini Jakarta dan replikanya di Banda Aceh. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar